Akhir Pemerintahan Kesultanan Samudera Pasai

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas jawaban dari soal berikut:
Akhir Pemerintahan Kesultanan Samudera Pasai
disimak baik-baik ya…

Sejarah Kesultanan Samudera Pasai

Kesultanan Samudera Pasai atau Samudera Darussalam adalah sebuah kerajaan islam yang didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267 dan terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Sultan Malik as-Saleh wafat pada tahun 696 H atau 1267 M.

 

Raja-Raja Kesultanan Samudera Pasai
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi’i.

BACA:  Mengetahui Penyebab Meletusnya Gunung Berapi Meliputi Jenis dan Klasifikasi

Setelah Sultan al-Malikuzh Zhahir meninggal, naiklah putranya Zainal Abidin. Ia naik takhta ketika usianya masih kecil, sehingga untuk sementara, pemerintahan dijalankan oleh pembesar-pembesar kerajaan. Zainal Abidin meninggal dalam satu peperangan melawan negeri Nakur di Aceh. Permaisuri Pasai menjanjikan bahwa ia sudi menjadi istri bagi siapa saja yang sudi berjuang menuntut bela kematian suaminya dalam perang itu. Tampillah ke depan, seorang nelayan, untuk mengepalai tentara yang ingin mengalahkan negeri Nakur kembali. Menurut riwayat Tiongkok, nelayan itu menang perang, sehingga langsung diangkat menjadi raja, menggantikan raja yang meninggal, pada tahun 1412.

Dalam catatan Tiongkok, putra Zainal Abidin, yang seharusnya berhak menduduki takhta kerajaan, tidaklah merasa senang hati karena seorang nelayan berhasil merebut takhta kerajaan. Nelayan itu dibunuhnya, ia pun naik takhta yang memang sudah menjadi haknya.

BACA:  Apa itu Lensa Cembung? dan Bagaimana Jenis serta Sifatnya

Sementara itu, kerajaan Malaka mulai naik, sedangkan kerajaan Pasai mulai turun. Pelabuhan Pasai berangsur sepi, pantainya mulai dangkal, kapal-kapal telah lebih banyak berlabuh di pelabuhan Malaka. Sejak saat itu, pusat kegiatan Islam pindah dari Pasai ke Malaka.

Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam kronik Tiongkok ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.

 

Akhir Pemerintahan Kesultanan Samudera Pasai
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

BACA:  Karakteristik Zaman Neolitikum dan Peninggalannya

Nah, demikian pembahasan kita tentang jawaban dari soal:
Akhir Pemerintahan Kesultanan Samudera Pasai
Semangat Belajar, Good Luck. ^-^

BACA JUGA:

© 2024 GURULESPRIVAT.NET